Ini
pengalaman yang disampaikan oleh seorang ibu yang merasa bersalah karena ada
sesuatu yang terlewat dalam pendidikan yang diberikan kepada anak-anaknya.
Sebuah pengalaman yang sangat berharga dan bisa menjadi pelajaran untuk kita. Cerita
ini sudah banyak dishare di WA, agar tidak hilang, saya abadikan di sini.
Mari kita
simak penuturannya.
Anak pertama
usia 22 tahun hafal 18 juz.
Anak kedua
dan ketiga semua hafidz dan hafidzah. Tuntas 30 juz.
Tapi...
Saya sedih
karena untuk sholat saja mereka masih diingatkan dan disuruh. Saya menangis
saat saya baru sadar bahwa ada yg terlewat kala itu.
Fitrah
keimanan (dibahas saat workshop) yang harusnya ditanam di 7 tahun pertama
hidupnya ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas. Dan sekarang
kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yang terlewat.
Hmm,,,
Jazakumullah khairan katsira nasehat berharganya pak,,,
Satu hal
lagi yang saya dapat saat mengikuti workshop home education based fitrah and
tallent di Semarang beberapa waktu lalu bersama Ust. Harry.
Didiklah
anak sesuai fitrah.
Fitrah apa??
Ada beberapa
fitrah. Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah s3ksu@litas.
Fitrah s3ksu@litas.???
Wow..,
gimana itu?
Mendidik
anak sesuai fitrah s3ksu@litas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap,
berpikir, dan merasa seperti gendernya.
_Jika ia
anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah s3ksu@litasnya sebagai perempuan._
_Jika ia
laki-laki, maka kita bangunkan fitrah s3ksu@litasnya sebagai laki-laki._
Pertanyaan
berikutnya yang muncul, bagaimana tekhnis membangkitkan fitrah s3ksu@litas ini??
Ada beberapa
tahap yang perlu kita kawal ditiap fasenya yaitu :
Usia 0 -
2 tahun
Pada usia
ini, anak harus dekat dengan bundanya.
Pendidikan
tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui,
bukan memberi ASI.
Langsung
disusui tanpa pumping dan tanpa disambil pegang HP.
Baca juga :
Usia 3 -
6 tahun
Pada usia
ini, anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.
Dekat dengan
bundanya, juga dekat dengan ayahnya.
Perbanyak
aktifitas bersama.
Usia 7 -
10 tahun
Pada usia
ini, dekatkan anak sesuai gendernya.
_Jika anak
laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya._
Ajak anak
beraktifitas yang menonjolkan sisi kemaskulinannya. Seperti mencuci
motor/mobil, akrab dengan alat-alat pertukangan, dsb..
_Jika anak
perempuan, maka dekatkan dengan bundanya._
Libatkan
anak dalam aktifitas yang menonjolkan kefeminimannya. Seperti stop catering dan
banyak utak-atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih² rumah, menjahit
dsb..
Usia 11 -
14 tahun
Pada usia
ini sudah masuk tahap pre-aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah
switch/menukar kedekatan.
Lintas
gender.
_Jika anak
laki-laki, maka dekatkan pada bundanya._
_Jika anak
perempuan, maka dekatkan pada ayahnya._
Ada sebuah
riset yang menunjukkan, _"jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan
ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan
ditiduri oleh laki-laki lain."_
Di sebuah
artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada.
_Jika tidak
dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki
yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil
keuntungan semata._
Logis juga
sih.
Saat ada
laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau karena
ada ayahnya yang lebih sering memujinya.
Kalau ada
laki-laki yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek² karena ada
ayahnya yang lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.
Pada fase
ini, jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak
laki-laki harus dekat dengan bundanya.
Efek yang
sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya
potensi lebih besar untuk jadi suami yang kasar, playboy, dan tidak memahami
perempuan.
Ada yang
tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan
sosok lain sesuai gender yang dibutuhkan. Misal, saat ia tak punya ayah, maka
cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti.
Bisa kakek
atau paman.
Sama dengan
Rasulullah SAW.
Meskipun tak
punya ayah dan ibu, tapi Rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu.
Ada kakek
dan pamannya.
Ada nenek,
bibi dan ibu susunya.
Fase
berikutnya setelah 14 tahun, bagaimana?? Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat
usia 15 tahun adalah usia aqil baligh. Artinya anak kita sudah
"bukan" anak kita lagi. Ia telah menjelma menjadi orang lain yang
sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karena
kita hanya punya waktu 14 tahun saja.
Saling
mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan yaa teman-teman.
Semoga Allah
SWT mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari
penghitungan nanti.. Aamiin
Selamat
berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga.
Apapun
keadaannya, jangan lupa untuk bersyukur dan bahagia.
0 Komentar untuk "Mumpung Anak Masih Kecil, Jangan Sampai Salah Mendidik Seperti Saya..."