Banyak yang
menyayangkan sikap dan kata-kata Nusron Wahid di ILC tanggal 11 Oktober
2016 kemarin. Meskipun dengan gaya
Arogan mengklaim “saya sampaikan ini dengan kebenaran”, ternyata sejak awal
bicara di ILC, banyak kesalahan dalam ucapan Nusron Wahid.
8 menit
bicara, ternyata ada 8 kesalahan Nusron Wahid. Rata-rata ada satu kesalahan
pada setiap menit.
1. Umat
Islam Biasa Salah Paham atau Pahamnya Salah
Di awal
paparannya, Nusron Wahid mengatakan: “Umat Islam ini memang biasa ramai.
Ramainya umat Islam selalu disebabkan oleh dua hal; kalau nggak salah paham ya
pahamnya salah”
Benarkah
umat Islam biasa ramai dalam konotasi negatif? Dan ramainya karena salah paham
atau pahamnya salah? Seakan-akan umat Islam jarang benar.
Mari kembali
membaca sejarah. Sejak zaman Rasulullah, umat Islam membalikkan kondisi zaman
dari zaman jahiliyah menuju peradaban yang gemilang. Ketika Eropa masih
mengalami masa kegelapan (dark age), umat Islam telah mencapai kemajuan dan
kejayaan; mulai dari perekonomian hingga sains.
Di
Indonesia, Islam masuk dan menyebar dengan cepat melalui dakwah damai Wali
Songo. Bukan dibawa oleh penjajah dan tanpa kekerasan. Lalu ketika ada
penjajahan, dengan diiringi takbir, umat Islam-lah yang mengusir penjajah.
Hingga saat
ini, kaum minoritas juga terlindungi oleh umat Islam di Indonesia. Berbeda jauh
dengan negeri-negeri yang ketika umat Islam minoritas, lalu terzalimi seperti
di Rohingya.
2. Teks apa
pun bebas tafsir
Selanjutnya
Nusron Wahid mengatakan: “Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks
apapun itu bebas tafsir. Bebas makna. Yang namanya Al Quran yang paling sah
untuk menafsirkan, yang paling tahu tentang Al Quran itu sendiri adalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Bukan Majelis Ulama Indonesia.”
Teks apa pun
bebas tafsir? Lalu yang dimaksud adalah, Al Quran bebas tafsir sehingga siapa
pun bebas menafsirkannya karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah
dan RasulNya?
Justru
karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah dan RasulNya, maka Al Quran
tidak bebas tafsir dan tidak bebas makna. Tetapi tafsirnya harus sesuai dengan
firman Allah (Al Quran) dan sabda Rasulullah (hadits). Dan yang paling tahu
tentang Al Quran dan hadits adalah para ulama. Bukan sembarang orang. Dan
karenanya ada syarat yang berat bagi seseorang (ulama) yang ingin menjadi
mufassir Al Quran.
Tidak lantas
dengan alasan bebas tafsir siapapun boleh menafsirkan lalu tidak ada benar dan
salah. Sampai-sampai Ibnu Katsir mencantumkan hadits ini di muqaddimah
tafsirnya:
Dalam hadits
disebutkan,
مَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an
dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka”
(HR. Tirmidzi)
3. MUI harus
tabayun dengan memanggil Ahok
Nusron Wahid
dengan melotot menyebut MUI harusnya tabayun dengan memanggil Ahok sebelum
mengeluarkan sikap resmi. (Baca: MUI Keluarkan Sikap Resmi Soal Ucapan Ahok
Terkait Al Maidah 51)
Benarkah
setiap non muslim yang melecehkan Islam harus ditanya apa maksud sesungguhnya
ketika dia mengucapkan kata-kata itu? Ternyata tidak. Ketika Abu Lahab
melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada Rasulullah, Allah tidak
memerintahkan Rasulullah memanggilnya untuk tabayun. Namun Allah langsung
menurunkan surat Al Lahab.
Ketika
orang-orang Yahudi di Madinah berkhianat, mereka juga tidak dipanggil oleh
Rasulullah untuk ditanya apakah maksud mereka berkhianat. Karena tentu mereka
akan mengelak.
4. Yalunahum
yalunahum yalunahum yalunahum
Nusron Wahid
mengatakan: “Untuk membuktikan apa yang saya sampaikan, saya ingin mengutip
sebuah hadits Nabi. Nabi pernah mengatakan, khairul quruuni qarni tsummal
ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum
yalunahum yalunahum yalunahum.”
Nusron Wahid
mengatakan itu dengan maksud menunjukkan bahwa di zaman khalifah Abbasiyah ada
gubernur non muslim dan ia mengklaim zaman itu zaman terbaik.
Adakah
hadits seperti yang disebutkan Nusron Wahid itu? Yang adalah “khairul quruuni
qarni tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum” menunjukkan
bahwa sebaik-baik masa adalah masa Rasulullah (sahabat), kemudian masa tabi’in
dan kemudian masa tabi’ut tabi’in.
5. Gubernur
non muslim pada masa Abbasiyah
Nusron Wahid
menceritakan bahwa pada masa Abbasiyah, Khalifah ke-16 Al Mu’tadid Billah
menunjuk non muslim (Kristen) bernama Umar bin Yusuf menjadi Gubernur di Irak.
Dengan contoh ini, Nusron ingin menunjukkan bahwa boleh memilih gubernur non
muslim.
“Apakah di waktu itu tidak ada Surat
Al Maidah 51? Apakah pada masa itu tidak ada ulama-ulama yang menafsirkan Al
Maidah? Mohon maaf, apakah ulama-ulama yang pada masa itu, kalah shalih kalah
alim dengan ulama-ulama hari ini?” kata Nusron sambil melotot.
Mestinya,
jika Nusron Wahid konsisten dengan hadits yang ia kutip (khairul quruuni qarni
tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum), cukuplah itu menjadi
jawaban. Bukankah Umar bin Khattab pernah menyuruh Abu Musa Al Asy’ari memecat
sekretarisnya karena ia Nasrani lalu Umar membaca Surat Al Maidah ayat 51? Lalu
kisah pemecatan ini diabadikan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Mana yang
lebih baik, masa Umar yang merupakan masa sahabat atau masa daulah Abbasiyah?
Jika Nusron Wahid konsisten, jawaban atas pertanyaan ini akan membuatnya malu
untuk berteriak-teriak di depan ulama.
6. Syariat
Islam dihormati dalam ranah privat
Apakah
pernyataan bahwa syariat Islam harus dihormati dalam ranah privat bukan merupakan
bagian dari propaganda sekulerisme? Bukankah dalam ranah publik pun syariat
Islam juga harus dihormati?
Kalaupun
benar syariat Islam harus dihormati (hanya) dalam ranah privat, mengapa Nusron
Wahid mempersoalkan orang yang tidak memilih Ahok dengan alasan Surat Al Maidah
ayat 51? Bukankah itu privasi orang tersebut?
7. Ayat Al
Maidah tidak ada kaitannya dengan politik
Nusron Wahid
mengatakan, “Ayat Al Maidah (51) tidak ada kaitannya dengan politik”
Apakah
kaitannya dengan ekonomi? He he
8. Al Maidah
51 multi tafsir
Nusron Wahid
mengatakan, "Al Maidah 51 multi tafsir"
Cobalah buka
tafsir-tafsir yang menjadi rujukan umat Islam? Mulai dari Ibnu Katsir, Ath
Thabari, Al Maraghi, hingga Fi Zhilalil Quran dan Tafsir Al Azhar. Di manakah
letak multi tafsirnya? [sumber:Tarbiyah.net]
Tag :
Info
0 Komentar untuk "8 Kesalahan Nusron Wahid Saat Bicara 8 Menit di ILC"